Bahan Latihan Kepemimpinan Penghela dan Penuntun Gerakan Kepanduan Hizbul Wathon
BAHAN LATIHAN KEPEMIMPINAN PENGHELA DAN PENUNTUN
I. HAKIKAT MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da`wah Amar Ma`ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah. Muhammadiyah berasas Islam.
Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Untuk mencapai tujuannya Muhammadiyah membuat program, kegiatan, dan amal usaha yang meliputi:
1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan.
2. Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya.
3. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya.
4. Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia.
5. Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian.
6. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas.
7. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
8. Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan.
9. Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri.
10. Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
11. Membina dan meningkatkan kualitas dan kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan.
12. Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk menyukseskan gerakan.
13. Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran, serta meningkatkan pembelaan terhadap masyarakat.
14. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah.
***
II. ORGANISASI OTONOM (ORTOM) MUHAMMADIYAH
(SK PP Muhammadiyah No.92/KEP/I.O/B/2007)
Organisasi Otonom adalah satuan organisasi yang berkedudkan di bawah persyarikatan. Ada dua kategori organisasi otonom, yaitu yang umum dan yang khusus:
a. Yang umum adalah ortom yang anggotanya belum seluruhnya anggota Muhammadiyah;
b. Yang khusus adalah ortom yang seluruh anggotanya anggota Muhammadiyah dan diberii wewenang menyelenggarakan amal usaha yang ditetapkan oleh Pimpinan Muhammadiyah dalam koordinasi Unsur Pembantu Pimpinan yang membidanginya sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang amal usaha tersebut.
1) Ortom umum yaitu Hizbul Wathan, Nasyiatul `Aisyiah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
2) Ortom khusus ialah `Aisyiah.
Pembentukan Orgaisasi Otonom ditetapkan oleh Tanwir atas usul Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan dilaksanakan dengan keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Organisasi Otonom Khusus ditetapkan dengan keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Pembentukan Organisasi Otonom pada tingkat masing-masing , selain PImpinan Pusat, dibentuk oleh Pimpian Organisasi Otonom satu tingkat di atasnya dengan rekomendasi Pimpinan Persyarikatan setingkat.
Fungsi/tugas Ortom adalah:
1. Membentuk dan membina kader Persyarikatan.
2. Membina warga Muhammadiyah dan membimbing kelompok masyarakat tertentu dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
3. Mengembangkan Persyarikatan.
Wewenang Ortom adalah mengatur rumah tangganya sendiri yang dituangkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Tangga masing-masing dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Riumah Tangga Muhammadiyah.
***
III. SEJARAH SINGKAT GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
1. Didirikan di Yogyakarta tanggal 6 Rabi`ul Awwal 1336 H/18 Desember 1918 M oleh K.H.A.Dahlan.
2. Pada masa penjajahan Jepang organisasi kepanduan (termasuk HW) dilarang.
3. Pada masa Kemerdekaan HW bangkit lagi.
4. Pada tahun 1945 HW bergabung dengan Pandu Rakyat Indonesia (keputusan Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia di Solo 27-29 Desember 1945 di Solo).
5. Pada tanggal 29 Januari tahun 1950 HW berdiri sendiri ( Keputusan Kongres Pandu Rakyat ke-2, 20-22 Januari 1950 di Yogyakarta)
6. Pada tahun 1961 HW begabung dengan Pramuka (Keputusan Presiden RI No.238 th.1961).
7. Pada tahun 1998 Sidang Tanwir Muhammadiyah di Semarang menetapkan Kebangkitan Kembali Kepanduan HW.
8. Pada tangga 10 Sy`aban 1420 H/18 N0vember 1999 M HW dibangkitkan lagi oleh PP Muhammadiyah dngan SK No. 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999.
9. Tahun 2000 keluar instruksi PP MUhammadiyah No.VI/B/1.A/58/2000 tentang pembentukan Kepanduan HW kepada PWM, PDM, dan PCM di seluruh Indonesia.
10. Pada tahun 2001 keluar SK PP Muhammadiyah No. 81/KEP/1.0/B/2001 tentang tanfidz Keputusan Rakernas Majlis Dikdasmen 2001, yang isinya di antaranya:
a. Memantapkan keberadaan dan pembinaan Ikatan Remaja Muhammadiyah (sekarang IPM) dan Hizbul Wathan (HW) di lingkungan DIKDASMEN Muhammadiyah.
b. Kepala Sekolah berkewajiban membina/mengembangkjan Hizbul Wathan (HW)/Ikatan Remaja (Pelajar) Muhammadiyah di sekolahnya masing-masing.
c. Mengubah Pramuka menjadi HW di setiap jenjang dan jenis sekolah.
11. Pada tahun 2008 keluar SK Majlis Dikdasmen PP Mhammadiyah No. 128/KEP/1.4?F/2008
Tentang Panduan Pembinaan Organisasi Otonom (ortom) di Sekolah Muhammadiyah, yaitu:
a. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)
b. Kepanduan Hizbul Wathan (HW)
c. Tapak Suci Putera Muhammadiyah
***
IV. KEDUDUKAN DAN FUNGSI GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Gerakan Kepanduan HW adalah sebagai Organisasi Otonom Muhammadiyah, sebagai salah satu wadah perkaderan yang efektif bagi anak, remaja dan pemuda , sehingga kelak sanggup dan mampu menjadi kader bangsa, umat, negara, dan persyarikatan.
Adapun fungsi/tugasnya adalah:
1. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan bagi anak, remaja, dan pemuda dengan prinsip dasar dan metode kepanduan yang menarik, menyenangkan, dan menantang. Pendidikan dan laihan terutama dilakukan di alam terbuka.
2. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan bagi orang dewasa yang akan berhadapan (dengan peserta didik (pelatih)
3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan bagi orang dewasa yang akan berkiprah di Kwartir dan Qabilah.
4. Menyelenggarakan latihan-latihan khusus/ketrampilan sesuai dengan kebutuhan.
5. Memupuk dan mengembangkan rasa cinta kepada pesyarikatan, tanah air, dan bangsa.
6. Membina dan memelihara ukhuwah insaniah, nasabiah/syihriah, wathaniah, diniah, dan imaniah.
7. Menumbuhkan rasa percaya diri, kreatif, innovative, disiplin, dan bertanggug jawab.
V. CIRI KHAS GERAKAN KEPANDUAN Hizbul Wathan
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan mempunyai ciiri khas yaitu Prinsip Dasar Kepanduan dan Metode Kepanduan.
1. Prinsip Dasar Kepanduan Hizbul Wathan adalah:
a. Pengamalan aqidah Islamiah;
b. Pembentukan dan pembinaan akhlaq mulia menurut ajaran Islam;
c. Pengamalan kode kehormatan pandu.
2. Metode Kepanduan
a. Pemberdayaan peserta didik lewat sistem beregu;
b. Kegiatan dilakukan di alam terbuka;
c. Pendidikan dengan metode yang menarik,menyenangkan, dan menantang;
d. Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan;
e. System satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putera dan pandu puteri.
***
VI. KODE KEHORMATAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Kode kehormatan adalah norma yang mengikat dan membentuk seorang pandu sehingga
menjadi hamba Allah yang sesungguhnya. Kode Kehormatan Pandu HW terdiri dari Janji dan Undang-Undang.
A. Janji Pandu Athfal sebagai berikut:
Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh:
1. Setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah;
2. Selalu menurut Undang-Undang Athfal, dan setiap hari berbuat kebajikan.
Pengucapan dimulai dengan membaca Basmalah dan Dua Kalimat Syahadat beserta artinya.
B. Undang-Undang Pandu Athfal
1. Athfal itu selalu setia dan berbakti pada ayah dan bunda;
2. Athfal itu selalu berani dan teguh hati.
C. Janji Pandu Pengenal, Penghela, dan Penuntun
Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh:
1. Setia mengerjakan kewajiban saya kepada Allah, Undang-Undang dan Tanah Air;
2. Menolong siapa saja semampu saya;
3. Setia menepati Undang-Undang Pandu HW.
Pengucapan dimulai dengan membaca Basmalah dan Dua Kalimat Syahadat dengan artinya.
D. Undang-Undang Pandu HW
Satu, HW selamanya dapat dipercaya;
Dua, HW setia dan teguh hati;
Tiga, HW siap menolong dan wajib berjasa;
Empat, HW cinta perdamaian dan persaudaraan;
Lima, HW sopan santun dan perwira;
Enam, HW menyayangi semua makhluk;
Tujuh, HW siap melaksanakan perintah dengan ikhlas;
Delapan, HW sabar dan bermuka manis;
Sembilan, HW hemat dan cermat;
Sepuluh, HW suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
VII. SYARAT KENAIKAN TINGKAT (SKT) DAN SYARAT KECAKAPAN PANDU (SKP)
Syarat Kenaikan Tingkat (SKT) adalah syarat minimal yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk memperoleh tanda kenaikan tingkat (TKT), dan Syarat Kecakapan Pandu (SKP) adalah syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh Tanda Kecakapan Pandu (TKP) sesudah peserta didik itu memperoleh Tanda Kenaikan Tingkat.
Untuk memperoleh tanda-tanda tersebut peserta didik harus menempuh ujian kenaikan dan ujian kecakapan.
Tingkatan (kelas) dalam Pengenal ada dua, yaitu Taruna Melati I dan Taruna Melati II. Adapun kecakapan pandu tidak terbatas.
VIII. JENIS-JENIS PERTEMUAN &UPACARA DALAM GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Pertemuan& upacara adalah serangkaian perbuatan yang ditata dengan baik, dilaksanakan dengan tertib dan khidmat, sehingga terbentuk kebiasaan sebagai langkah terwujudnya budi pekerti yang baik.
Setiap satuan mempunyai jenis-jenis pertemuan &upacara sendiri, baik bentuk, sifat, dan cara-caranya. Semua dilakukan secara sederhana, praktis, teratur, khidmat.
Adapun Jenis pertmuan& upacara dalam Kerabat Penghela adalah sebagai berikut:
· Pertemuan Berkala
1. Di Kerabat Penghela.
2. Di Bina Karya Mandiri.
3. Di Qabilah.
4. Di Dewan Syugli.
5. Di Kwarti (Cabang, Daerah, Wilayah, dan Pusat.
· Setiap pertemuan ada upacaranya. Jenisnya meliputi:
1. Upacara penerimaan tamu.
2. Upacara penerimaan calon anggota.
3. Upacara kenaikan tingkat.
4. Upacara penerimaan tanda kecakapan.
5. Upacara pembukaan dan penutupan latihan.
6. Upacara penerimaan tanda penghargaan
7. Upacara pindah satuan.
*****
IX. IBADAH PRAKTIS (THAHARAH DAN SHALAT) > DIPRAKTIKKAN
X. ADAB BERGAUL
Kehidupan bermasyarakat memerlukan adab dalam pergaulan/berkomunikasi dengan sesama anggotanya. Hal ini sangat perlu untuk menjaga kehormatan setiap orang atau golongan.
Setiap bangsa akan tetap jaya dan terhormat apabila bangsa itu memiliki akhlaq mulia (beradab). Bila akhlaqnya hilang, maka hancurlah bangsa itu.
· Adab waktu berbicara
1. Hadapkan wajah kepada yang diajak bicara.
2. Dengarkan perkataan orang yang mengajak bicara.
3. Cukupkan suara sesuai dengan kebutuhan pendengar.
4. Ucapkan kata-kata yang mudah dimengerti, baik, dan benar.
5. Pikirkan dulu apa yang akan dikatakan.
6. Pembicaraan ringkas, tepat sasaran.
7. Jangan mengejek, menghasut, memperolok-olok, ghibah, dll.
8. Jangan memasukkan tangan ke dalam saku.
9. Jangan menjulurkan kaki ke arah yang diajak bicara.
10. Jangan terus-menerus melihat jam tatkala berbicara.
11. Jangan mengatakan tidak, tetapi katakanlah baik, tetapi….
12. Jangan meninggalkan pembicara, sebelum pembicaraannya selesai, kecuali setelah mendapagt izin.
XI. BARIS-BERBARIS (PRAKTIK)
Hubungan/kaitan baris-berbaris dengan pelaksanaan shalat dan keperluan hidup lainnya, seperti : kesehatan, ketepan waktu, ketrampilan, kerapihan dll.(Praktik)
****
XII. KEPEMIMPINAN ORGANISASI
Organisasi adalah sekelompok manusia yang mempunya itujuan yang sama, paham yang sama, dan ada kerja sama.
Untuk mencapai tujuan kenalilah sekelompok orang dalam organisasi itu. Seorang penghela wajib menjadikan tujuan Kepanduan Hizbul Wathan menjadi tujuan pribadinya, supaya tahu kemana bergerak, dan untuk apa bergeraknya itu. Karena itu ia harus tahu struktur organisasi
Struktur organisasi dapat dibagi menurut fungsi-fungsinya/tugas-tugasnya dan menurut resortnya (mengingat tersebarnyta anggota)
Untuk mengetahui tujuan dan tugas setiap anggota wajib membaca dan memahami Angaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasinya.
Pemimpin organisasi (HW) wajib:
1. Ittiba (mengikuti) kepemimpinan Rasulullkah saw.
2. Menggali apa yang ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
3. Jujur.
4. B ersungguh-sungguh/semangat.
5. Sehat dan kuat.
6. Ramah tamah.
7. Integriti.
8. Kemahiran dalam pekerjaan.
9. Tegas dalam memutuskan.
10. Cerdas.
11. Cakap menyampaikan informasi (mengajar)
Tipe-tipe Pemimpin
1. Otokratis
2. Militeristis
3. Paternalistis
4. Kharismatis
5. demokratis
***
XIII. MANAJEMEN ORGANISASI
Tujuan yang maksimal, harus dicapai secara efisien (irit) . Untuk itu diperlukan pola kerja yang meliputi lima hal, yaitu:
1. Perencanaan (planning)
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Pembagian tugas (directing)
4. Pengkoordinasian (coordinating)
5. Pengawsan (controlling)
Keterangan:
1. Perencanaan
Perencanaan ialah apa yang harus saya kerjakan dan bagaimana ( what shall be done and how). Gunanya ialah supaya tujuan berhasil dengan baik, dan mencegah pemborosan.
Untuk membuat rencana harus ada lima factor, yaitu: tenaga, benda/uang, pikiran, ruang, dan waktu.
Salah siatu cara membuat rencana adalah dengan mengemukakan pertanyaan sbb.:
a. Apa (what)
b. Mengapa (why)
c. Kapan (when)
d. Di mana (where)
e. Siapa (who)
f. Bagimana (how)
Setelah itu kemudian adakan kegiatan sebagai berikut:
a. Penelitian
b. Analisis
c. Ramalan
d. Ambil keputusan
2. Pengorganisasian ( susunan organisasi : ketua, sekretaris, dsb.)
3. Pembagian tugas
Jelaskan tugas masing-masing:
a. Apa tugasnya
b. Kepada siapa berhubungan
c. Kepada siapa bertanggung jawab . Bawahan harus tahu siapa atasannya . Kalau atasan berhalangan harus mewakilkan (delegation of authority)
d. Jangan sampai terjadi perintah dari dua orang. Ingat asas “unity of command”.
4. Koordinasi
Koordinasi berguna untuk mengompakkan pekerjaan, caranya:
a. Rapat-rapat
b. Ada buku pedoman organisasi
c. Adanya surat edaran
d. Pembentkan panitya
e. Ada wawancara (interview) kapada bawahan
5. Pengawasan
a. Penelitian(pencacahan) apakah rencana telah dilaksanakan atau belum;
b. Kalau belum, apakah sudah ada tindakan
Untuk mencegah adanya kekeliruan dapat dilakukan cara-cara .sbb.:
1) Pengawasan sebelum terjadi keslahan ( preventif). Ini harus lebih banyak dilakukan.
2) Masalah sudah terjadi tinggal mengontrol /verifikasi(refresif).
Pngawasan dapat dilakukan dari luar (extern), dan dari dalam (intern)
***
IV. MENULIS EFEKTIF
Menulis efektif (tepat guna) diperlukan di antaranya waktu membuat laporan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Tujuan penulisan harus jelas.
2. Tulisan harus stingkat.
3. Tulisan harus teliti.
4. Tulisan harus tertib.
5. Tulisan harus obyektif.
Langkah-langkah yang harus ditempuh:
1. Ketahui persoalannya.
2. Kumpulkan fakta dan keterangannya.
3. Kumpulkan cara pemecahan yang akan digunakan.
4. Pilih cara pemecahan yang terbaik.
5. Bentuk struktur (out line) tulisan:
a. Pendahuluan
b. Inti/pokok
c. Kesimpulan
d. Lain-lain
***
XV.BERBICARA DI DEPAN UMUM
Seorang pemimpin selain pandai menulis juga harus cakap brbicara di depan umum atau pidato(penyajian lisan). Dalam hal ini diperlukan hal-hal sebagai berikut:
1. Penguasaan bahasa yang benar dan baik;
2. Keberanian;
3. Ketenangan;
4. Sanggup bereaksi cepat dan tepat;
5. Sanggup menyampaikan gagasan secara tepat dan teratur;
6. Bersikap dan bergerak tidak kaku.
7. Dapat memilih beberapa cara:
a. Serta merta (impromptu), berdasarkan kebutuhan sesaat.
b. Menghafal. Materi ditulis (teks), kemudian dihafal.
c. Tersedia naskah, kemudian dibaca.
d. Tanpa pesiapan naskah (ekstemporan). Dibuat catatan-catatan penting, kemudian diurutkan.
8. Persiapan penyajian:
a. Meneliti masalah: menentukan maksud, menganalisis pendengan dan situasi, memilih dan menyempitkan topik.
b. Menyusun uraian: mengumpulkan bahan, membuat kerangka uraian, menguraikan secara rinci (mendetail).
c. Mengadakan latihan.
XVI. STRUKTUR ORGANIASI GERKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Struktur organisasi Gerakan Kepanduan Hizbull Wathan dibuat secara vearartical dan horizontal.
1. Secara vertical sebagai berikut:
a. Di tingkat pusat disebut Kwartir Pusat
b. Di tingkat wilayah (propinsi) disebut Kwartir Wilayah
c. Di tingkat daerah(kabupaten/kota) disebut Kwartir Daerah
d. Di tingkat cabang (kecamatan) disebut Kwartir Cabang
e. Di Tingkat ranting (kelurahan, sekolah, asarama,pemukiman) disebut Qabilah
2. Secara horizontal terdiri dari departemen, bidang, seksi, bagian.
***
0 Response to "Bahan Latihan Kepemimpinan Penghela dan Penuntun Gerakan Kepanduan Hizbul Wathon"
Post a Comment